BUKAN
sekali dua kali saya mendapat pertanyaan sinis dan retorik dari para pengamat.
Beberapa kali pula muncul pertanyaan sama di media masa, yang intinya
mempertanyakan manfaat pariwisata bagi Bali.
Beberapa pengamat sampai pada suatu pendapat, bahwa sudah saatnya Bali
memikirkan untuk meninggalkan pariwisata.
Karena, menurut mereka, pariwisata terbukti tidak mampu menyejahterakan
rakyat Bali. Walaupun pariwisata maju,
tetap saja di Bali ada kemiskinan.
Bali Tribune
Harian Bali Tribune adalah media di Bali yang mengusung sikap kritis, obyektif dan independen. Untuk berlangganan, pemasangan iklan atu pun informasi peliputan silahkan hubgi kantor di Jl Wahidin, denpasar
Senin, 30 Januari 2012
Voodoo dan Bali
Beberapa tahun lalu, sebagai penyair saya diundang mengikuti “tour
sastra” oleh winternachten festival (sekarang writers unlimited),
Belanda ke Suriname bersama beberapa penulis dari negara lain. Di
Suriname mitra dari winternachten saat itu adaah kelompok penulis SS76.
Dari Denpasar, saya menuju Amsterdam dan menginap di sana, sebelum kemudian dari sana terbang menuju Pramaribo, ibu kopta Suriname. Suriname, negeri Tropis yang berbatasan dengan Guyana Perancis, Guyana Inggris dan Brasil, dengan penduduk sekitar 400 ribu di mana separuhnya tinggal di Paramaribo.
Dari Denpasar, saya menuju Amsterdam dan menginap di sana, sebelum kemudian dari sana terbang menuju Pramaribo, ibu kopta Suriname. Suriname, negeri Tropis yang berbatasan dengan Guyana Perancis, Guyana Inggris dan Brasil, dengan penduduk sekitar 400 ribu di mana separuhnya tinggal di Paramaribo.
Rahasia Pis Bolong
Cahaya Wirawan Hadi
Sebagai orang Tionghoa yang tinggal di Bali, sejak lama saya
penasaran untuk mengetahui, mengapa pis
bolong digunakan dalam berbagai upacara disini. Saya tanya teman-teman yang
asli Bali dan beragama Hindu ternyata banyak juga diantara mereka yang tidak
tahu. Sampai akhirnya saya mendapat penjelasan dari Tjokorda Anom dari
Klungkung yang sedikit membuka rahasia.
Langganan:
Postingan (Atom)